
Darwis namanya, namun orang mengenalnya dengan nama penanya. Tere Liye itulah nama pena dari sang penulis berkebangsaan Indonesia yang lahir di Lahat provinsi Sumatera Selatan. Tulisan dari sang penulis tidak henti-hentinya membuat para pembaca berdecak kagum, namanya selalu di ingat oleh banyak anak-anak muda bahkan orang tua sekalipun yang turut membaca karyanya.
Dari sekian karya milik Tere Liye yang aku baca, "Hujan" tidak akan pernah lupa bagaimana isi dari buku itu. Nama tokoh-tokoh serta sifat sang tokoh, situasi keadaan yang ditampilkan di novel berjudul "Hujan" itu.
Novel ini menceritakan tentang persahabatan, tentang cinta, tentang perpisahan, tentang melupakan serta tentang hujan. Si penulis ingin para pembaca memahami arti semua itu lewat novel ini.
Lail, nama tokoh perempuan utama disini, seorang anak yatim piatu akibat kejadian yang begitu mengenaskan. Tinggal bersama temannya yang selalu ia ledek si kribo karena rambutnya yang mekar dan keriting, menyelesaikan pendidikan serta memegang lisensi kelas A sistem kesehatan dan menjadi seorang perawat di rumah sakit kota.
Lail itu anak yang penuh dengan keteguhan serta pantang menyerah walaupun diawal ia selalu ditampilkan terlihat lemah, bagaimana tidak? Kehilangan ibu dan ayah secara bersamaan saat gunung purba meletus, letusan yang lebih besar skalanya dibandingkan gunung Karakatau dan Tambora.
Kota dimana Lail tingal hancur akibat gempa berkekuatan 10 skala Ricther serta tsunami yang menerjang. Lail harus dihadapkan kenyataan bahwa ia menjadi yatim piatu sejak bencana alam itu.
Esok, tokoh laki laki utama yang sebelum kejadian bencana merupakan seorang murid terbaik, anak bungsu dari lima sudara, ibunya yang seorang koki di toko kue dan ayahnya yang sudah lama meninggal sejak Esok kecil.
Esok dan Lail bertemu sejak kejadian bencana alam itu, membuat mereka saling bergantung satu sama lain layaknya seorang adik dan kakak. Esok yang menemani Lail melewati masa-masa sulit, menghiburnya dan mengurus Lail layaknya mereka adik kakak sungguhan.
Suatu hari dimana Esok pergi karena diadopsi oleh seorang pejabat, disaat itu pula konflik muncul diantara mereka berdua. Kisah Esok dan Lail yang diceritakan secara maju dan mundur.
Buku yang menguras emosi sang pembaca ini terkadang membuat saya kesal karena bagi saya ending nya kurang memuaskan, ya mungkin sudah pas bagi sipenulis yang menjelaskan intinya saja. Namun terkadang manusia merasa tidak puas walau hanya dikasih hal sedikit seperti ini.
Dibalik itu semua buku ini mengajarkan bagaimana cara harus belajar merelakan atau melepaskan sesuatu. Bagaimana harus bertanggung jawab, menghargai orang lain, dan masih banyak lagi.
Buku ini harus diberi ranting 10/10
Ya tidak mengherankan jika para pembaca memberikan ranting seperti itu dengan penulisan yang begitu memanjakan mata dan menguras emosi para pembaca.
Komentar