Perang – satu kata namun menakutkan bagi
semua orang, tidak hanya anak anak maupun warga sipil yang mengalami ketakutan
dan ingatan yang buruk karena perang tetapi para tentara juga mengalami hal
itu. Setelah selesai perang dunia pertama pada tanggal 28 juli 1914 dan
berakhir tanggal 11 november 1918 yang melibatkan perang global yang berpusat
di Eropa merasakan sedikit kelegaan karena bagi mereka perang telah berakhir.
Reformasi dan pembangunan besar besaran terjadi pada masa
itu, rumah – rumah dan rumah sakit hingga sekolah dan pusat perbelanjaan
dibangun, ekonomi kembali seperti semula dan kapal kapal perdagangan kembali
menapaki pelabuhan, tahun itu merupakan tahun yang paling bisa dibilang
kehidupan baru.
Seorang anak laki laki bersama ibunya menunggu seseorang
di peron, anak laki laki itu tampak bersemangat sedangkan ibu dari anak laki
laki itu seperti berkeringat dingin ia tampak khawatir akan suatu hal. Emerland
adalah nama dari wanita itu sedangkan anak laki laki itu bernama Rouband mereka
menunggu seorang pria yang merupakan suami sekaligus ayah dari rouband, Jacques
namanya - pria itu pergi berperang dan hari ini adalah kepulangannya ke paris
setelah berperang di perbatasan. Yang membuat Emerland khawatir adalah apakah
suaminya pulang dengan selamat atau tidak?
Hal itu tidak hanya dirasakan oleh Emerland tetapi para
istri maupun kekasih para tentara yang lainnya juga mengalami hal yang sama,
selama 4 tahun tidak ada surat ataupun pesan dari pasangan mereka membuat
mereka tidak bisa tidur dengan tenang. Mengingat perang bisa menewaskan siapa
saja saat peluru sudah mengenai tentara tentara tersebut.
Kereta pertama keluar dari terowongan Batignolles dan
berhenti para tentara keluar dan menghampiri keluarga mereka masing masing, melepas
rindu selama 4 tahun. Peron yang tadinya sunyi dan penuh rasa khawatir berubah
menjadi tangisan rindu yang dikeluarkan oleh pasangan mereka maupun keluarga
mereka.
Tapi yang ditunggu tunggu oleh Emerland belum memunculkan
batang hidungnya sama sekali, dan itu membuat kepanikan Emerland semakin
tinggi. Rouband yang melihat ibunya cemas pun memegang erat tangan sang ibu
"Papa pasti akan pulang mama Rouband selalu berdoa sama Tuhan agar papa
bisa pulang dengan selamat dan bermain lagi bersama Rouband" Ucapan yang
dikeluarakan dari mulut anak laki laki berumur 4 tahun itu membuat Emerland
menangis dan memeluk Rouband erat, Rouband ditinggal Jacques pergi berperang
saat ia berumur 1 tahun.
Dan saat – saat itu pula ia dan Rouband pergi mencari
tempat aman karena tempat tinggal mereka dulu di bom habis habisan oleh tentara
yang berasal dari negara lain, orang tua dari Emerland maupun Jacques sudah
lama wafat sebelum perang dunia I ada. Ada rasa bersyukur di dalam diri
Emerland dan Jacques kedua orang tua mereka tidak perlu bersusah payah
bersembunyi dengan keadaan tubuh yang sudah tidak sanggup berlari dan
bersembunyi.
Rouband tersenyum saat mendengar ada yang memanggil
namanya, ia pun melepaskan pelukan sang ibu lalu berlari ke arah pria yang
berdiri sambil merentangkan tangannya lebar lebar hingga Rouband masuk kedalam
pelukan pria itu. Jacques tertawa dan memeluk putra satu satunya, Emerland yang
melihat interaksi ayah dan anak itu hanya bisa tersenyum sambil menahan tangis.
"Papa Rouband rindu papa, papa tau? Rouband selalu
berdoa pada Tuhan agar papa bisa pulang dengan selamat lalu bisa bermain
bersama Rouband dan mama, lalu ada banyak sekali yang ingin Rouband
ceritakan"
Jacques mengangguk dan mengacak rambut putranya itu lalu
memberikan barretsnya pada putranya itu, ia menatap istrinya lalu memeluknya
erat "Aku pulang Emerland sesuai dengan janji ku padamu sebelum aku pergi
berperang"
Emerland mengangguk, lidahnya kelu tidak bisa
mengeluarkan suaranya sama sekali semenjak kedatangannya suaminya, entahlah baginya
mencium wangi khas suaminya dan memeluknya seperti mimpi di tengah hari.
"Sepertinya kita mendapatkan rumah baru" Canda
Jacques kepada istrinya itu
Emerland tertawa "Kau benar kita mendapatkan rumah
baru untuk beberapa tahun kedepan sebelum pindah lagi hingga masa sewa
habis"
"Tidak apa yang penting kita punya tempat berteduh,
bukankah begitu Rouband?" Tanya Jacques dan menggendong Rouband, Rouband
hanya mengangguk ia masih ingin memeluk ayahnya dengan erat seperti dulu.
Jacques tersenyum--kembali seperti ini dan bertemu dengan
istri dan anaknya baginya itu sudah cukup setelah sekian lama ia berperang
untuk melindungi negara maupun keluarganya. Ia berjanji setelah pulang dari
stasiun ia akan berdoa di dalam kamarnya dan mengucapkan rasa syukurnya dan terimakasih
kepada Tuhannya.
Hal yang tidak pernah ia lakukan setelah pernikahannya
dengan Emerland dilakukan, ia merasa berdosa dan malu disaat putra dan istrinya
masih mengingat akan penciptanya dan berdoa untuknya, ia malah seakan tidak
peduli akan hal itu.
Emerland yang seakan bisa membaca raut wajah suaminya itu
mengelus tangan suaminya dan menyandarkan kepalanya di bahu Jacques, "
Tuhan akan mengampuni anaknya Jacques, ia tidak pernah membenci siapapun yang
percaya kepadanya maupun tidak. Tangannya selalu terbuka lebar kepada siapapun
yang ingin bertobat dan meminta ampun padanya, aku percaya akan hal itu"
Ya yang dikatakan Emerland memang benar, pengampunan dan mengakui kesalahan hal
itu yang harus iya lakukan sekarang.
Gereja Reformasi Perancis ( L'Église Réformée de
France , ÉRF)
Paris, Prancis
16 Juli 1938
20 tahun berlalu setelah perang dunia pertama selesai
kehidupan di setiap benua kembali berjalan normal, walaupun sebagian negara
masih ada yang berperang memperebutkan suatu wilayah dan membuktikan negara
siapa yang paling kuat. Mirisnya dari semua itu para tentara yang pulang dengan
keadaan buta karena radiasi cahaya dari nuklir, maupun yang penuh dengan luka
luka hingga cacat dilupakan begitu saja. Sedangkan komandan atau pemimpin
tertinggi mendapatkan penghargaan dari itu semua walaupun tidak berperang.
Rouband bersyukur ayahnya pulang dengan keadaan selamat
tanpa luka luka yang bisa terbilang parah seperti itu, ya walaupun ayahnya
sekarang mempunyai penyakit asma dan harus memakai nebulizer saat asmanya
kambuh.
Rouband sekarang tumbuh menjadi pria yang dewasa dan
gagah seperti ayahnya dulu, ia menjadi incaran wanita wanita semasa ia sekolah
dahulu dan sekarang popularitasnya meningkat saat ia mendaftar menjadi bagian
dari tentara tentara perdamaian.
Diantara semua wanita yang mendekatinya ia lebih menyukai
seorang gadis lugu yang bersekolah di sekolah kedokteran, Severine nama gadis
yang memikat Rouband parasnya yang cantik dan suaranya yang merdu saat
bernyanyi membuat Rouband jatuh hati pada Severine.
Dan sekarang gadis lugu itu telah dipinangnya, ia melamar
Severine dengan izin ayah baptisnya Doinville Grand Morin seorang kepala
kondektur di stasiun Le Havre. Severine merupakan seorang anak yatim piatu yang
diangkat oleh Doinveille, tuan Grand Morin menemukan Severine dengan keadaan
yang begitu mengenaskan di dekat stasiun dan membawanya pulang kerumah lalu
mengadopsinya.
Doinveille menangis bahagia saat melihat putrinya itu
memakai gaun berwarna putih tulang itu, ia tidak menyangka Severine kecilnya
telah tumbuh menjadi gadis yang rupawan dan pandai. Severine yang melihat
ayahnya menangis itu pun memeluknya dengan erat
"Ayah aku belum sempat mengucapkan terimakasih
padamu, aku sangat berterimakasih pada Tuhan karena ia membantuku menemukan seorang
ayah yang hebat bagiku. Aku juga sangat berterimakasih padamu karena engkau
mengurusku layaknya anak kandungmu, memelukku dengan erat saat aku sedang
sedih, memegang tanganku, mengucapkan selamat tidur, menemaniku belajar dan
masih banyak lagi. Perlakuan kecilmu akan selalu ku ingat ayah"
Doinvelle mengangguk dan menggandeng tangan putrinya itu
menuju altar, tidak baik bukan membuat acara yang sakral menjadi lama hanya
karena ia menangis mendengar ucapan putrinya itu? Lagi pula ini adalah acara
yang bahagia bukan penuh dengan tangisan.
Acara pemberkatan dilakukan kedua anak Allah Bapa itu
disatukan, suara pendeta itu terdengar saat acara sumpah janji sehidup semati
telah dilakukan "Kedua anak ini telah disatukan oleh Tuhan dan tidak dapat
dipisahkan kembali, kecuali maut yang memisahkan" Ucap pendeta itu yang di
hadiahi tangisan bahagia oleh para tamu undangan dan juga tepuk tangan.
Setelah acara pemberkatan itu dilakukan mereka pindah ke
gedung untuk menikmati makan siang dan pesta dansa, para tamu menikmati sajian
makanan itu dan bernyanyi dengan bersemangat, lalu menari melupakan segala
beban pikiran mereka.
Begitupun kedua pengantin itu- Rouband dan Severine,
mereka semenjak acara pemberkatan selesai mereka berdua begitu dekat seperti
tidak mau dipisahkan dan membuat Doinvelle dan kedua orang tua Rouband
menggelengkan kepala melihat interaksi anak mereka.
Alunan lagu itu berganti menjadi lagu Harry James and
Helen Forrest, It's Been A Long, Long Time. Rouband mempererat lingkaran
tangannya di pinggang istrinya itu "Kau cantik"
Severine tertawa dengan gombalan pria yang telah menjadi
suaminya itu, sedangkan Rouband menatap Severine dengan tatapan heran
"Kenapa kau tertawa?"
Severine menggeleng lalu tertawa kembali "Hanya aneh
saja, semenjak kau mengajakku berkencan denganku lalu berakhir di gereja baru
kali ini kau mengatakan hal itu"
Rouband tersipu malu mendengarnya "Aku hanya tidak
pandai memberi pujian pada seseorang, kau tau orang mengenalku dengan Rouband
si kaku"
Keduanya terdiam menikmati alunan lagu itu, entah kenapa
bagi Severine lagu ini seperti sebuah pesan padanya. Sebuah pesan yang mungkin
berakhir tidak baik atau baik, entahlah takdir apa setelah ini yang akan muncul
di kehidupannya setelah menikah.
"Bagaimana jika perang kembali muncul?" Tanya
Rouband, Severine terdiam tidak bisa menjawabnya sama sekali, apa ini takdirnya
yang selanjutnya? Siap tidak siap ia harus melepaskan Rouband pergi berperang
seperti ibu mertuanya yang menunggu ayah mertuanya kembali.
Severine tidak memikirkan hal itu selama ini, konsekuensi
menikahi seorang tentara atau perwira ia harus siap ditinggal oleh pujaan
hatinya. "Aku akan menunggumu pulang Rouband"
Rouband terdiam mendengar ucapan Severine, ia sebenarnya
tidak tegak jika berbicara seperti ini di hari pernikahan mereka, tapi mau apa
dikata lebih baik dikatakan sekarang daripada tidak sama sekali "Jika aku
tidak pulang selama 2 atau 3 tahun selama berperang aku izinkan kau menikah
kembali Severine"
Severine yang mendengarnya itu menggeleng dan langsung
memeluk erat Rouband "Tuhan akan marah saat tau aku tidak menepati janji
yang kuucapkan beberapa jam lalu Rouband, aku tidak peduli menjadi seorang
janda sekalipun Rouband. Karena sumpah yang diucapkan sudah menjadi janji ku
kepada Tuhan"
Rouband tersenyum mendengar perkataan yang dilontarkan
istrinya itu, ia bersyukur menemukan seorang gadis yang sangat baik dan pintar.
Tuhan juga membantunya dalam menemukan gadis impiannya itu. Severine satu kata
yang menjadi pegangan hidupnya dan semangat hidupnya, ia berjanji akan menjaga
Severine dan melindunginya hingga akhir hayatnya.
Champ de Mars, Paris
31 Desember 1938
10:00
Suasana jalanan Champ de Mars begitu padat dikunjungi
para turis yang baru saja berlabuh di prancis untuk menikmati keindahan menara
Eiffel, suasana malam di Paris menjadi salah satu hal yang begitu menakjubkan,
menara Eiffel yang dibuat pada tahun 1887 itu menjadi salah satu ikon kota
Paris, karena pada saat itu menjadi salah satu bangunan tertinggi buatan
manusia.
Rouband dan Severine berkeliling keliling di sekitaran
Champ de Mars sebelum kembali ke Rue de Rome tempat orang tua Rouband tinggal
di Marseille "Bagaimana kita membeli beberapa bunga dan kue hangat untuk
dibawa ke rumah?" Rouband mengangguk setuju
Setelah membeli beberapa bunga segar dan kue hangat
mereka, kembali mencari kendaraan untuk ke rumah orang tua Rouband. Sebenarnya
Rouband dan Severine ingin merayakan pergantian tahun di Paris tapi mengingat
dirumah Rouband hanya ada ibu Rouband tidak baik bukan kita bersenang senang
sendirian?
Jacques ayah Rouband meninggal karena sesak nafas setelah
sebulan pernikahan mereka, Severine pernah meminta ibu Rouband untuk tinggal
dengan mereka, tapi Emerland menolak memilih tetap tinggal di rumahnya sendiri.
Perjalananan mereka membutuhkan 1,5 jam untuk sampai di
Rue de Rome, setelah membayar ongkos perjalanan mereka dan mengeluarkan barang
bawaan mereka ibu Rouband – Emerland menghampiri Severine dan memeluk erat
Severini. Dua interaksi mertua dan menantu itu membuat kedua pria yang ada
disana tersenyum.
Ya dua pria, Doinville diundang secara khusus oleh
Emerland untuk merayakan tahun baru tidak baik juga bukan membiarkan seorang
ayah sendirian di rumahnya tanpa ada yang menemaninya merayakan pergantian
tahun.
"Ibu aku sangat merindukanmu" Ucap Severine dan
melepaskan pelukan Emerland
Emerland mengangguk, ia juga sangat merindukan menantu
dari anak laki lakinya. Semenjak Jacques pergi meninggalkannya sendiri ia
menjadi tidak punya semangat hidup sama sekali, tapi melihat bagaimana Severine
yang tersenyum seperti ini membuatnya sadar masih ada yang menemaninya.
Rouband juga memeluk ibunya yang tingginya hanya sebatas
dadanya itu dan mencium puncak kepala ibunya, ia begitu merindukan pelukan
hangat seorang ibu walaupun ada seseorang yang menggantikannya, tapi namanya
anak iya akan selalu pulang kepada ibunya apapun yang terjadi.
Severine yang menyadari bahwa ada satu orang yang
memperhatikannya pun menghampiri orang itu, "Ayah!!"
Doinville tersenyum melihat putrinya yang berlari ke
arahnya dan memeluknya dengan erat "Severine pelukan mu membuat ayah
sesak"
Severine tersenyum tanpa dosa dan melonggarkan pelukannya
pada sang ayah "Ayah bagaimana ayah bisa ada disini?"
"Emerland mengundang ayah untuk merayakan pergantian
tahun bersama kalian"
Severine mengangguk dan menatap ke arah Rouband yang
tersenyum mengerti maksud Severine. "Ayo kita masuk sebentar lagi jam
gereja berbunyi sekaligus aku ingin memberi sesuatu pada ayah dan ibu"
Emerland dan Doinville saling bertatapan lalu menatap
Severine dan Rouband yang tersenyum misterius, ingin bertanya tapi sebentar
lagi sudah mau jam 12 teng. Mereka masuk dan duduk di sofa ruang tamu dengan
perapian yang menyala sebagai penghangat mereka dan tidak melupakan susu jahe
atau coklat panas dan ya cemilannya roti jahe.
Lonceng gereja berbunyi, suara petasan pun terdengar
dengan keras semua orang yang berada diluar saling mengucapkan selamat natal
dan tahun baru, begitupun dengan keluarga Severine dan Rouband.
Setelah saling mengucapkan selamat dan berdoa agar tahun
yang sekarang lebih menjadi baik, Severine pun memberikan sebuah kotak berwarna
biru kepada ayahnya dan ibunya Rouband. Sempat ditanya benda apa yang ada di
dalam tapi Rouband langsung mengatakan "Buka saja nanti kalian akan
tahu"
Saat dibuka kotak itu berisi surat keterangan rumah sakit
dan hasil usg, Emerland menangis bahagia dan langsung menghampiri Severine dan
memeluknya erat. Doinville pun memeluk Rouband dan mengucapkan selamat pada
menantunya itu.
"Sudah berapa bulan Severine?"
"4 bulan ibu hanya saja perut hamilku tidak terlalu
kelihatan karena badanku yang perlahan menaik mengikuti perkembangan si
bayi" Ucap Severine
Rouband mengangguk iya sempat stress melihat Severine
saat di bulan kedua iya hamil, badannya tetap kurus dan perutnya tidak membesar
sama sekali, ia sempat kira kalau Severine tidak hamil. Tapi lama kelamaan
berat badan istrinya itu menaik.
Emerland menghela nafasnya dan mengelus puncak kepala
menantunya itu "Kau harus memperbanyak gizimu nak, jangan sampai seperti
ini" Severine mengangguk.
Kondisi rumah itu penuh canda dan tawa tidak ada
kesedihan sama sekali, kondisi bahagia seperti itu tidak hanya ada di rumah
milik Emerland, tetapi di rumah rumah yang lain hingga jalanan pun penuh dengan
kebahagian. Melupakan kesedihan yang lalu,merayakan dengan keluarga yang
tersisa.
Gare de Le Havre
Prancis
1 september 1939
Hal yang ditakutkan semua orang pun terjadi, perang
kembali muncul setelah 21 tahun tidak terjadi sama sekali. Para tentara kembali
dipanggil pergi ke lokasi perang untuk mempertahankan tanah mereka. Perang
dunia kedua yang lebih banyak melibatkan banyak sekali negara di dunia.
Kekuatan besar yang pada akhirnya membentuk dua aliansi
militer yang saling bertentangan yaitu sekutu dan poros. Perang
ini juga yang membuat Severine dan putra mereka yang baru berumur 4 bulan dan
bayinya berumur 1 minggu yang masih didalam kandungan harus melepaskan Rouband
untuk pergi berperang.
Suasana stasiun Le Havre penuh dengan tangisan akan
kepergian pasangan mereka atau anak mereka yang akan pergi berperang. Hal ini
yang sudah harus disiapkan oleh Severine merelakan suaminya pergi
meninggalkannya sama seperti ibu mertuanya dulu.
Emerland menatap putranya dengan mata yang memerah
menahan tangis dan memeluknya seakan akan kehilangan putranya itu, Leonardo
putra Rouband sudah tertidur karena lelah menangis semenjak pergi dari rumah
milik Emerland. Ya Severine dan Rouband memutuskan tinggal di Rue de Rome
menemani ibunya.
Rouband menghampiri Severine dan Leonardo lalu mencium
puncak kepala mereka berdua sebelum masuk ke dalam kereta untuk berangkat.
"tunggu aku pulang Severine aku akan sebisa mungkin untuk mengirim
surat" Severine mengangguk ia tidak sanggup berbicara sama sekali,
lidahnya kelu untuk mengucapkan selamat tinggal pada suaminya.
Rouband melepaskan gelang yang dulu dipakai oleh ayahnya
dan diberikan padanya, sekarang ia berikan pada jagoan kecilnya itu. Setelah
memakaikan gelang itu Rouband masuk ke dalam kereta itu dan pamit.
Emerland langsung memeluk Severine untuk tidak terlalu
bersedih, ia juga merasakan hal yang sama pada Severine ditinggal suaminya
pergi berperang dan menunggu ketidakpastian apakah mereka akan pulang dengan
selamat atau pulang dengan peti mati.
Saint-Étienne
Prancis
28 Mei 1940
Emerland menatap pintu ruangan bersalin di salah satu
rumah sakit saint – etienne dengan Leonardo yang berumur 1 tahun di dalam
pangkuannya, semenjak perang itu terjadi rumah miliknya maupun milik Severine
hancur karena bom yang dijatuhkan oleh pesawat dan membuat mereka pindah ke
saint – etienne suatu kota yang tidak terlalu dihuni para penduduknya.
Hanya Emerland dan Leonardo menunggu Severine yang akan
segera melahirkan cucu perempuannya, Doinville pria yang merupakan ayah baptis
Severine telah tiada saat membantu mereka mencari tempat aman.
Suara tangisan bayi terdengar membuat Emerland bernafas
lega ia memeluk Leonardo dengan erat dan memberitahu pada cucunya itu bahwa
adik perempuannya telah lahir. Tak lama kemudian seorang dokter keluar dari
ruangan bersalin itu dan mengatakan bahwa Severine dan anaknya bisa ditemui.
"Ibu" Panggil Severine saat melihat Emerland
yang berada di depan pintu menatapnya sambil tersenyum, Leo yang berada di
genggaman sang nenek pun melepaskannya dan berlari ke arah ibunya lalu mencium
pipi ibunya itu.
"Jagoan ibu, leo tidak merepotkan nenek kan?"
Leonardo menggeleng lalu menatap box bayi di samping Severine, Severine
tersenyum melihat reaksi Leo yang begitu bahagia saat melihat adik
perempuannya.
Emerland membantu Severine mendekatkan box bayi itu ke
arah Severine dan Leonardo agar mereka berdua bisa melihat jelas bayi merah
itu, emerland wanita yang sudah berumur itu menatap Severine dan Leonardo yang
tersenyum bahagia dengan kelahiran ini, senyum milik leo mengingatkannya pada
putranya yang sedang pergi berperang "Apakah kau sudah memutuskan nama
untuk bayi ini Severine?"
Severine menatap ibu mertuanya itu, ia melupakan satu hal
yaitu nama untuk bayi perempuannya. Ia tadinya ingin menunggu surat dari
Rouband agar Rouband yang memberinya nama, tapi sudah hampir beberapa bulan
balasan surat itu tidak kunjung sampai di tangannya.
"Irene Jacquelin, artinya bayi perempuan yang tidak
akan tergantikan dan pembawa kedamaian di setiap rumah, selain itu nama
Jacquelin aku ambil dari nama ayah – Jacques"
Emerland tersenyum mendengar nama yang diberikan oleh
Severine, ia yakin suaminya dan anaknya setuju dengan nama yang diberikan oleh
Severine. "Nama yang cantik seperti bayinya, ibu setuju sayang"
Hal yang satu masih ditakutkan Emerland setiap kelahiran
datang pasti ada kematian yang datang juga, ia berharap itu bukanlah hal yang
ia pikirkan dan takutkan selama ini.
Disisi lain di sebuah hutan yang begitu gelap para
tentara mengistirahatkan tubuhnya yang lelah karena peperangan ini, hanya tubuh
mereka yang beristirahat tapi tidak dengan pikiran dan jiwa mereka yang sejak
tadi was was melihat ke kanan dan kiri maupun atas takut musuh mereka menembaki
mereka disaat mereka sedang lengah.
Rouband melepaskan helm tentaranya dan memejamkan matanya
sebentar, seorang pria yang umurnya tidak jauh dari Rouband pun duduk di
sebelahnya "Apa kau tidak merindukan anak dan istrimu"
Rouband mengangguk tentu saja ia merindukan istrinya yang
cantik itu dan anaknya "Kudengar Severine sedang hamil saat pertama kali
kita berangkat untuk berperang dan sudah ku pastikan di bulan ini severine
melahirkan anak keduamu" Rouband pun melupakan satu hal, Severine terakhir
kali mengirimkan surat tentang anak kedua mereka, ia diminta severine untuk
memberikannya nama pada anak kedua mereka tapi tidak kunjung ia balas.
"Ia di pasti sudah melahirkan dan aku suaminya ini
tidak kunjung pulang untuk menemaninya"
"Aku yakin Severine tidak masalah akan itu walaupun
ia pasti merasakan kesedihan karena suaminya tidak hadir"
Damian dan Rouband terdiam beberapa saat, mereka tengah bergumul
dengan pikiran mereka masing masing, Damian yang memikirkan kondisi ibu dan
ayahnya di tengah tengah perang seperti ini dan Rouband yang memikirkan ibu,
istrinya dan juga anak anaknya
"Kau tau aku sempat menyukai Severine" Rouband
yang tadinya menutup matanya menatap Damian yang menatap lurus ke arah depan
sana
"Dia wanita yang cantik dan ramah, ia juga mempunyai
sifat keibuan yang membuat siapa saja merasa nyaman didekatnya. Saat kami para
tentara tahu bahwa kau berhasil menaklukan Severine seorang gadis perawat dari
rumah sakit Le Havre membuat kami merasa gagal sebagai pria yang hanya bisa
memujanya dari jauh"
Rouband tersenyum senang ia merasa bangga dengan dirinya
yang bisa membuat Severine menjadikannya sebagai istrinya dan bahkan mereka
sudah mempunyai dua anak, Damian yang melihat Rouband tersenyum seperti orang
gila pun menjauh agar tidak tertular gilanya dengan Rouband.
Tapi senyum di wajah Rouband menghilang bertepatan dengan
suara tembakan yang menewaskan salah satu rekannya, Rouband menggeram kesal
disaat seperti ini musuh mereka melawan mereka disaat mereka lengah, ini
namanya curang dan terkesan bahwa mereka lemah.
Saint-Étienne
Prancis
15 November 1944
Lima tahun sejak perang dunia kedua dimulai, perang yang
lebih lama dari perang dunia pertama terjadi sejak itu pula Severine dan
Emerland tidak mendapatkan kabar sama sekali dari Rouband. Suaminya itu
menghilang bahkan saat Severine pergi ke ibu kota dan ke barak para tentara,
para komandan itu pun juga tidak tahu bagaimana kabar anak buah mereka.
Severine wanita itu entalah ia sudah pasrah jika suaminya
telah tiada karena perang, sekarang yang ia fokuskan membesarkan kedua anaknya
karena bagi mereka hanya ia yang ia punya bersama neneknya.
"Ibu lihat Irene bisa menggambar ibu,kakak,dan nenek.
Ah ya dan juga ayah" Irene kecil berlari ke arah Severine yang tengah
memasak makan malam mereka, Severine menunduk untuk melihat hasil karya yang
dibuat oleh Severine. Ia tersenyum dan mengacak puncak kepala Irene
"Ibu akan menempelkannya di lemari pendingin,
panggil kakakmu makan malam akan segera siap"
"Baik ibu"
Irene kecil melangkah kan kakinya menuju atas untuk
memanggil kakak laki lakinya sambil bersenandung senang, tentunya membuat
Emerland yang sedang merajut pakaian hangat untuk musim dingin nanti tertawa.
"Severine?"
Severine yang dipanggil menatap Emerland dan
menghampirinya membantunya berdiri untuk sampai ke meja makan "Ini
bukannya sudah waktunya membawa Irene dan Leonardo pergi ke sekolah?"
Severine menghela nafasnya kasar dan menggeleng, semenjak
perang terjadi beberapa sekolah kembali tutup dan membuat anak anak mereka
termasuk yang lainnya terpaksa belajar di rumahnya dengan berbekal pengetahuan
Severine yang ia punya ia sebisa mungkin memberikan waktunya untuk bekerja,
membersihkan rumah dan yang terakhir mengajari kedua anaknya itu.
"beberapa sekolah di Saint-Étienne ditutup
ibu, itu membuat ku harus mengajari mereka di rumah, ditambah lagi Leo sudah
berumur 5 tahun dan Irene 3 tahun mereka sedang aktif aktifnya untuk menanyakan
sesuatu yang membuat ku kewalahan"
Emerland mengerti kondisi Severine, mengurus satu orang
anak sendirian saja sudah membuatnya susah dulu saat mengajari Rouband beberapa
hal apalagi Severine yang menjari dua anak yang umurnya berjarak dua tahun.
"Ibu akan membantumu mengajari Leo dan Irene sekaligus membantu
meringankan pekerjaan rumah"
Severine menggeleng cepat – tidak ia tidak ingin membuat
ibu mertuanya itu lelah di umurnya yang sudah tidak lagi muda, ini sudah
kewajibannya sekarang bekerja untuk menambah uang makan mereka, membereskan
rumah dan mengajari anak anaknya.
"Tidak apa apa ibu aku akan melakukannya sebisaku
mungkin, jika aku benar benar butuh bantuan ibu aku akan memintanya
"Emerland mengangguk dan membatu severine menyiapkan nasi dipiring mereka,
bertepatan dengan itu Leo dan Irene turun dari kamar mereka
"Apa kalian sudah mencuci kedua tangan kalian?"
Tanya Severine
"Sudah ibu" jawab kompak Leo dan Irene
Severine mengangguk dan membantu Leo dan Irene untuk
sampai di tempat duduk mereka dan memulai makan mereka dengan tenang.
Severine hanya berharap jika suaminya masih hidup hingga
sekarang ia memohon kepada Tuhan agar selalu menemani dan melindunginya setiap
langkahnya, dan ia berharap anak anaknya akan tetap bersama dengannya apapun
yang terjadi.
Komentar